29 October, 2012

Islam Konservatif



“….Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”. (QS 45:13)

Cara berpikir konservatif dalam sebagian masyarakat muslim merupakan tantangan besar bagi kemajuan Islam. Selama cara berpikir demikian masih bertahan, Islam tidak mungkin menjadi sumber kemajuan bagi pemeluknya, sebaliknya justru menjadi penghambat. Ada dua hal yang menjadi ciri utama muslim konservatif. Pertama, menganggap konstruksi ekonomi, sosial, politik dan budaya masyarakat di zaman Nabi Muhammad sebagai bentuk ideal dan puncak peradaban yang harus dihidupkan kembali. Kedua, menerjemahkan Al Qur’an dan Hadits secara tekstual dengan mengabaikan konteks peristiwa. Cara berpikir konservatif ini sangat merugikan umat Islam dan menghambat kemajuannya, sayangnya dewasa ini hal tersebut justru menguat di Indonesia.

04 April, 2012

Kenapa Sulit Mendepak PKS dari Koalisi?


Artikel ini bukan merupakan analisis politik, hanya mencoba melihat politik dengan pendekatan ekonomi. Dalam ilmu ekonomi setiap manusia diasumsikan rasional dan mengejar keuntungan pribadi. Terdengar jahat mungkin, tapi justru karena itu maka manusia bisa diperkirakan perilakunya. Pertimbangan biaya-manfaat adalah hal yang inheren dalam pengambilan keputusan seorang manusia normal. Tak terkecuali bagi seorang Presiden SBY.

29 March, 2012

Kisruh Harga BBM

Kisruh mengenai harga bahan bakar minyak (BBM) seolah tidak pernah berakhir di negara ini, setiap rezim pemerintahan selalu menghadapi dilema harga BBM. Penolakan pasti ada, namun penentangannya tidak pernah sebesar saat ini.

27 June, 2011

Poligami Bukan Sunnah!



Persoalan terbesar umat Islam saat ini adalah meyakini bahwa kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik bangsa Arab pada tahun 600-an Masehi sebagai kondisi ideal yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Kebanyakan umat Islam selalu bertanya “dulu rasul gimana?” tanpa pernah bertanya “kalau rasul hidup di jaman sekarang beliau akan gimana?”. Umat Islam terjebak pada masa lalu dan tidak berani melangkah maju karena takut dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam. Begitupun dengan poligami, tanpa lebih dulu mempertimbangkan manfaat dan mudharat poligami sebagian umat Islam akan langsung berkata setuju terhadap poligami. Kenapa? Karena itu sunnah, katanya. Menolak sunnah berarti dosa, masuk neraka. End of discussion.

20 June, 2011

Pengiriman TKI Sunnatullah, Tak Mungkin Dihentikan!



Kontroversi seputar buruh migran (migrant workers) atau biasa disebut TKI (Tenaga Kerja Indonesia) seolah tidak pernah berhenti. Kasus penyiksaan dan kematian TKI di negeri orang selalu mendapat tanggapan luas di dalam negeri. Mulai dari politisi hingga obrolan warung kopi. Artinya masyarakat kita concern terhadap hal tersebut, mungkin karena apa yang disebut nasionalisme.
Yang disayangkan seringkali opini yang berkembang lebih kearah emosional ketimbang rasional dalam merespon persoalan TKI ini. Bahkan pemberitaan media massa pun tanpa disadari bisa menyesatkan. Misalnya pemberitaan tentang jumlah TKI yang meninggal di luar negeri. Di judul berita ini ditulis “4 Tahun Terakhir, Hampir 5 Ribu TKI Tewas di Luar Negeri”. Ini judul yang sangat povokatif, apalagi jika di badan berita juga hanya menampilkan fakta kematian hampir 5 ribu TKI tersebut. Seharusnya juga ditampilkan berapa tingkat kematian alamiah (natural mortality rate) penduduk Indonesia di kisaran usia yang sama. Dengan jumlah TKI yang mencapai jutaan, jangan-jangan angka kematian itu wajar. Atau jangan-jangan persentase kematian penduduk di Indonesia malah lebih tinggi daripada TKI yang bekerja di luar negeri. Media massa juga harus apple to apple dalam menghadirkan fakta.
Hal yang sama menimpa modal asing. Persepsi publik tentang modal asing juga tidak kalah buruknya. Lagi-lagi karena apa yang kita sebut nasionalisme. Seolah tidak nasionalis jika kita membiarkan pihak asing menanamkan modalnya di Indonesia. Walaupun di depan mata kita ada berjuta-juta pengangguran, yang penting tolak modal asing.

06 May, 2010

Adakah Kartel di Industri Semen?


Oleh:
Rachmad Satriotomo (2010)
Asisten Peneliti Institute for Sustainable Reform (INSURE), Jakarta


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tengah menyelidiki dugaan adanya kartel (kerjasama industri) di industri semen Indonesia. Hal ini menyusul aduan DPP Real Estate Indonesia (REI) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terhadap perusahaan produsen semen yang resah atas tingginya harga semen di Indonesia. Kedelapan perusahaan yang menjadi terlapor dalam kasus tersebut yaitu PT Semen Andalas Indonesia, PT Semen Padang, PT Semen Baturaja, PT Indocement Tunggal Prakarsa, PT Holcim Indonesia Tbk, PT Semen Gresik (Persero) Tbk, PT Semen Tonasa dan Semen Gresik, dan PT Semen Bosowa Maros. Kedelapan perusahaan itu diduga melanggar Pasal 11 UU Nomor 5 Tahun 1999 yang berbunyi: “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.”

03 May, 2010

Aida dan Aisyah Pun Ikut Disensus



Ahad, 2 Mei 2010 menjadi hari bersejarah bagi Aida dan Aisyah, dua orang keponakanku yang lucu. Pada hari itu Aida (1,5 tahun) dan Aisyah (4 bulan) ikut cacah jiwa pertamanya. Kontribusi pertama mereka untuk negeri ini, menjadi statistik :)

25 April, 2010

Menanam di Timur


Oleh:
Rachmad Satriotomo (2010)
Asisten Peneliti Institute for Sustainable Reform (INSURE), Jakarta


Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih menyimpan potensi besar yang menunggu sentuhan investasi baik dari Kawasan Barat Indonesia (KBI) maupun dari luar negeri. Namun perlu dicermati apa saja jenis investasi yang potensial dikembangkan di kawasan tersebut. Secara umum jenis investasi dapat dibagi berdasarkan sektor yaitu, sektor primer yang berisi pertanian, pertambangan, peternakan, perikanan dan kehutanan, sektor sekunder yaitu industri manufaktur, dan sektor tersier yaitu industri jasa. Berikut penjelasan potensi investasi di KTI berdasarkan sektor dengan menggunakan pendekatan sumber daya alam, populasi, dan infrastruktur sebagai pengukur feasibilitasnya.

Efek Kenaikan Tarif Listrik dan Kelangkaan Gas Bagi Sektor Rumah Tangga, Sektor Industri, dan Sektor Komersial


 Oleh:
Rachmad Satriotomo (2010)
Asisten Peneliti Institute for Sustainable Reform (INSURE), Jakarta




Rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pada tahun 2010 ini cukup banyak menimbulkan pro-kontra dikalangan yang berkepentingan, yaitu masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah. Yang membuat penentangan semakin keras adalah rencana kenaikan ini ternyata dibarengi dengan kelangkaan pasokan gas untuk industri. Kelangkaan gas ini menyebabkan pemerintah berencana menetapkan kuota gas bagi industri dan menetapkan surcharge bagi industri yang menggunakan gas melebihi kuota yang ditetapkan. Tentu saja hal ini menimbulkan kecemasan bahwa ekspektasi inflasi masyarakat akan tinggi sehingga akan menghambat pemulihan ekonomi yang sedang berjalan. Untuk itu penulis mencoba memperkirakan efek dari kebijakan kenaikan tarif listrik ini serta apa rasionalisasi di belakangnya.

Menyiasati Ketidakunggulan Indonesia di Perdagangan Bebas ASEAN-China


Oleh:
Rachmad Satriotomo (2010)
Asisten Peneliti Institute for Sustainable Reform (INSURE), Jakarta



Indonesia diramalkan akan segera masuk ke dalam portofolio investor-investor global menyusul baiknya kinerja perekonomian Indonesia dan kesuksesan Indonesia melalui krisis keuangan tahun 2008. Selama beberapa tahun belakangan investor global gencar berinvestasi di China dan India yang menjadi lokomotif pertumbuhan dunia, namun saat ini tingkat investasi di China dan India dinilai sudah jenuh dan kedua negara itu sudah kelebihan beban. Sementara itu Indonesia mulai tampil sebagai negara yang tetap mampu bertumbuh di tengah krisis, dan dengan jumlah penduduk yang melimpah tentu menjadi pasar yang memiliki daya tarik tersendiri bagi investor untuk berusaha di Indonesia.  Tahun 2010 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berada di kisaran 5,5 persen, atau tertinggi ketiga di dunia setelah India (8 persen) dan China (7,7 persen). Meminjam istilah George Soros, Indonesia saat ini sudah masuk ke dalam radar investor-investor global.